Selasa, 22 Maret 2016

MEDIA KULTUR JARINGAN

A.    Pengertian Kultur Jaringan





Kultur jaringan/Kultur In Vitro/Tissue Culture adalah suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya.
Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Media dasar yang sering digunakan dalam kultur jaringan Anthurium sendiri adalah media MS dan modifikasinya ( Pierik et al.,1974; Pierik dan Steegmans, 1976;Kunisaki, 1980; Kuenhle et al., 1992; Chen et al; Hamidah et al., 1997; Teng, 1997;2 ; Rachmawati, 2005), media Nitsch dan modifikasinya (Geir, 1986, 1987, 1988).

B.  Komposisi Media Tanam Kultur Jaringan
 Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media tersebut, ditambahkan vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar), glukosa dalam bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan bahan organik tambahan (Gunawan, 1992).
Zat pengatur tumbuh adalah persenyawaan organik selain dari nutrient yang dalam jumlah yang sedikit (1mM) dapat merangsang, menghambat, atau mengubah pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moore, 1979 dalam Gunawan, 1992). Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu auksin, sitokinin, dan giberelin.
Auksin digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang pertumbuhan kalus, akar, suspensi sel dan organ (Gunawan, 1992) Contoh hormon kelompok auksin adalah 2,4 Dikloro Fenoksiasetat (2,4-D), Indol Acetid Acid (IAA), Naftalen Acetid Acid (NAA), atau Indol Buterik Asetat (IBA). Golongan sitokinin berperan untuk menstimulus pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan tunas pucuk. Menurut Gunawan (1992), golongan ini sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah kinetin, ziatin, benzilaminopurine (BAP). Dan giberelin untuk diferensiasi atau perbanyakan fungsi sel, terutama pembentukan kalus. Hormon kelompok giberelin adalah GA3, GA2, dan GA1.
Penggunaan hormon tersebut harus tepat dalam perhitungan dosis pemakaian, karena jika terlalu banyak maupun terlalu sedikit dari dosis yang diperlukan justru akan menghambat bahkan berdampak negatif terhadap tanaman kultur. Karena interaksi antar hormon dalam suatu media sangat berpengaruh dalam diferensiasi sel.
Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara in-vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhakan di tanah. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman di lapangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia dalam media kultur jaringan. Antara lain adalah unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur-unsur hara tersebut diberikan dalam bentuk garam-garam mineral. Komposisi media dan perkembangannya didasarkan pada pendekatan masing-masing peneliti (Gunawan, 1992).

1.      Unsur Hara Makro
adalah hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak. Hara makro tersebut meliputi, Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Sulfur (S), Magnesium (Mg), dan Besi (Fe). Kegunaan unsur hara makro tersebut dalam kultur jaringan menurut Qosim, 2006 dalam Sukarasa, 2007 adalah sebagai berikut:
1) Nitrogen (N)
Diberikan dalam bentuk NH4NO3, NH2PO4,NH2SO4.Berfungsi untuk membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa organik lain, morfogenesis (pertumbuhan akar dan tunas), pertumbuhan dan pembentukan embrio, pembentukan embrio zigotik dan pertumbuhan vegetatif.
2)  Fosfor (P)
 diberikan dalam bentuk KH2PO4.Berfungsi untuk metabolisme energi, sebagai stabilitor membran sel, pengaturan metabolisme tanaman, pengaturan produksi pati/amilum, pembentukan karbohidrat, sangat penting dalam transfer energi, protein, dan sintesis asam amino serta konstribusi terhadap struktur dan asam nukleat.
3 Kalium (K)
  diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O.Berfungsi untuk pemanjangan sel tanaman, memperkuat tubuh tanaman, memperlancar metabolisme dan penyerapan makanan, ion kalsium ditransfer secara cepat menyebrangi membran sel dan mengatur pH dan tekanan osmotik di antara se
4)  Kalsium (Ca)
 diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O.Berfungsi untuk merangsang bulu-bulu akar, penggandaan atau perbanyakan sel dan akar, pembentukan tabung polen, dinding dan membran sel lebih kuat, tahan terhadap serangan patogen, mengeraskan batang, memproduksi cadangan makanan.
5)  Sulfur (S)
Unsur S merupakan unsur yang penting untuk pembentukan beberapa jenis protein, seperti asam amino dan vitamin B1. Unsur S juga berperan penting dalam pembentukan bitil-bintil akar.
6) Magnesium (Mg)
diberikan dalam bentuk MgSO4.7H2O.Berfungsi untuk meningkatkan kandungan fosfat, pembentukan protein.
7)  Besi (Fe)
diberikan dalam bentuk Fe2(SO4)3;FeSO4.7H2O.Berfungsi sebagai penyangga (chelatin agent) yang sangat penting untuk menyangga kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan tanaman.Pada tanaman, Fe berfungsi untuk pernapasan dan pembentukan hijau daun.

2.      Unsur Hara Mikro
Adalah hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Unsur hara mikro ini merupakan komponen sel tanaman yang penting dalam proses metabolisme dan proses fisioligi lainnya (Gunawan, 1992). Unsur hara mikro tersebut diantaranya adalah :
a.       Klor (Cl), diberikan dalam bentu KI.
b.      Mangan (Mn), diberikan dalam bentuk MnSO4.4H2O.
c.       Tembaga (Cu), diberikan dalam bentuk CuSO4.5H2O.
d.     Kobal (CO), diberikan dalam bentuk CoCl2.6H2O.
e.      Molibdenun (Mo), diberikan dalam bentuk NaMoO4.2H2O.
f.       Seng (Zn), diberikan dalam bentuk ZnSO4.4H2O.
g.      Boron (B), diberikan dalam bentuk H3BO3.

3.      Usur Tambahan Lainya
Vitamin yang paling sering digunakan dalam media kultur jaringan tanaman adalah thiamine (vitamin B1), nicotinic acid (niacin), pyridoxine (vitamin B6). Thiamine merupakan vitamin yang esensial dalam kultur jaringan tanaman karena thiamine mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel. Vitamin C, seperti asam sitrat dan asam askorbat, kadang-kadang digunakan sebagai antioksidan untuk mencegah atau mengurangi pencoklatan atau penghitaman eksplan.
Mio-Inositol atau meso-insitol sering digunakan sebagai salah satu komponen media yang penting, karena terbukti bersinergis dengan zat pengaturtumbuh merangsang pertumbuhan jaringan yang dikulturkan (Yusnita, 2004).
Dalam media kultur jaringan, asam amino merupakan sumber nitrogen organik. Namun sumber N organik ini jarang ditambahkan dalam media kultur jaringan, karena sumber sumber nitrogen utamanya sudah tersedia dari NO3- dan NH4+. Asam amino yang sering digunakan adalah glisin, lysin dan threonine. Penambahan glisin dalam media dengan konsentrasi tertentu dapat melengkapi vitamin sebagai sumber bahan organik (Yusnita, 2004).
Gula digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah. Oleh sebab itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidart yang cukup sebagai sumber energi. Menurut Gautheret dalam Gunawan (1992), sukrosa adalah sumber karbohidrat penghasil energi yang terbaik melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Namun jika tidak terdapat sukrosa, sumber karbohidrat tersebut dapat digantikan dengan gula pasir. Gula pasir cukup memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan kultur. Selain sebagai sumber energi, gula juga berfungsi sebagai tekanan osmotik media.
Eksplan yang dikulturkan harus selalu bersinggungan atau terkena dengan medianya. Bahan pemadat media yang paling banyak digunakan adalah agar-agar. Agar-agar adalah campuran polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies algae. Dalam analisa unsur, diperoleh data bahwa agar-agar mengandung sedikit unsur Ca, Mg, K, dan Na (Debergh, 1982 dalam Gunawan, 1992). Keuntungan dari pemakaian agar-agar adalah :
1.      Agar-agar membeku pada suhu 45° C dan mencair pada suhu 100° sehingga dalam kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam keadaan beku yang stabil.
2.      Tidak dicerna oleh enzim tanaman.
3.      Tidak bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaa penyusun media.
Selain agar-agar, bahan pemadat media yang semakin banyak disukai adalah Gelrite TM (buatan Kelco). Gelrite adalah gellam gum, suatu hetero-polisakarida yang dihasilkan bakteri Pseudomonas elodea, terdiri dari molekul-molekul K-glukuronat, rhamnosa, dan selobiosa. Sebagai bahan pemadat media gelrite memiliki sifat-sifat yang menguntungkan sebagai berikut :
1)      Gelnya lebih jernih.
2)      Untuk memadatkan media dibutuhkan lebih sedikit daripada agar, sekitar 1,5 -3g/l
3)       Lebih murni dan konsisten dalam kualitas.
Untuk mencapai kekerasan gel tertentu, pemakaian gelrite lebih rendah dari agar-agar, pada umumnya 2gr/l media. Namun kekerasan gel dari gelrite sangat dipengaruhi oleh kehadiran garam-garam seperti NaCl, KCl, MgCl2.6H2O dan CaCl2. Garam NaCl dan KCl menurunkan kekerasan gel, tetapi MgCl2 dan CaCl2 meningkatkan kekerasan gel (Gunawan, 1992; 57 ).
Salah satu kelemahan Gelrite adalah cenderung menaikkan kelembaban nisbi (RH) dalam kultur, sehingga sering menyebabkan terjadinya verifikasi. Gelrite jarang digunakan untuk produksi planlet secara komersial terutama di Indonesia karena harganya mahal (Yusnita, 2003).
Kultur yang kurang berhasil, kadang-kadang disebabkan oleh pemakaian air yang kurang murni (Wetherel, 1976). Tidak boleh sembarang air dapat digunakan untuk membuat media kultur. Contohnya air sumur atau air ledeng, dalam air tersebut mengandung banyak kontaminan, bahan inorganik, organik, atau mikroorganisme. Air yang digunakan untuk membuat media harus benar-benar berkualitas tinggi, karena air maliputi lebih adari 95% komponen media. Terhambatnya pertumbuhan tanaman yang dikulturkan dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas air yang digunakan. Untuk menghindari hal tersebut, maka sebaiknya digunakan air yang telah dimurnikan atau yang sering kita sebut air destilata (akuades) atau air destilata ganda (akuabides). Dengan alasan ini, sebaiknya sebuah laboratorium kultur jaringan layaknya mempunyai alat penyulingan air (water destilator) atau setidaknya alat pembuat air bebas ion (deionizer). Cara kerja destilator dalam menghasilkan air destilata adalah dengan cara mengubah air menjadi uap air, kemudian mengkondensasikan uap air tersebut. Maka, jadilah air destilata yang tidak lagi berisi mineral atau senyawa organik (Yusnita, 2004).
Keasaman (pH) adalah nilai yang menyatakan derajat keasaman atau kebasaan larutan dalam air. Sel-sel tanaman yang dikembangkan dengan teknik kultur jaringan mempunyai toleransi pH yang relatif sempit dengan titik optimal antara pH 5,0 – 6,0 (Daisy, 1994). Faktor pH dalam media juga perlu mendapat perhatian khusus. pH tesebut harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi membran sel dan pH dari sitoplasma. Pengaturan pH selain memperhatikan kepentingan beberapa fisiologi sel, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor:
1) Kelarutan dari garam-garam penyusun media.
2) Pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garam – garam lain.
3) Efisiensi pembekuan agar-agar.
Menurut Gamborg dan Shyluk, 1981 dalam Gunawan, 1992, sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar antara 5,5–5,8. Pengaturan pH, biasa dilakukan dengan dengan menggunakan NaOH (atau kadang-kadang KOH) atau HCL pada waktu semua komponen sudah dicampurkan (Gunawan, 1992).
Beberapa formulasi media yang sudah umum digunakan dalam banyak pekerjaan kultur jaringan antara lain adalah media White, Murashige & Skoog (MS), Gamborg et al. (B5), Gautheret, Schenk & Hilderbrandt (SH), Nitch & Nitch, Lloyd & McCown (WPM) dll. Media MS, SH dan B5 merupakan media yang kaya garam-garam makro.

Berikut penjelasan dari masing-masing komposisi media tersebut :
1.      Hara Mikro
                Unsur hara mikro terdiri dari enam unsur utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel dan jaringan tanaman, yaitu: nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Konsentrasi optimum yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan maksimum bervariasi diantara jenis tanaman.
Media kultur harus mengandung sedikitnya 25-60 mM nitrogen anorganik untuk pertumbuhan sel tanaman. Sel-sel tanaman mungkin dapat tumbuh pada sumber N dari nitrat saja, tetapi diketahui bahwa pertumbuhan yang lebih baik adalah apabila mengandung nitrat dan amonium. Nitrat yang disediakan umumnya berkisar 25-40 mM, konsentrasi amonium berkisar antara 2-20 mM. Akan tetapi untuk beberapa spesies tanaman konsentrasi amonium > 8 mM akan menghambat pertumbuhan sel. Sel-sel dapat tumbuh dalam media kultur yang hanya mengandung amonium sebagai sumber nitrogen jika satu atau lebih terdapat asam-asam yang terlibat dalam siklus TCA (seperti sitrat, suksinat, atau malat) juga terdapat dalam media pada konsentrasi sekitar 10 mM. Apabila nitrat dan amonium sebagai sumber nitrogen digunakan bersama dalam media maka ion-ion amonium akan digunakan lebih cepat dibandingkan dengan ion-ion nitrat. Kalium dibutuhkan untuk pertumbuhan sel bagi sebagian besar spesies tanaman.
Umumnya media mengandung kalium (dalam bentuk nitrat atau klorida) pada konsentrasi 20-30 mM. Konsentrasi optimum untuk unsur P, Mg, S dan Ca berkisar antara 1-3 mM. Konsentasi yang lebih tinggi dari hara-hara tersebut mungkin diperlukan jika terjadi defisiensi dari hara yang lain.
2.      Hara Mikro
Unsur hara mikro yang paling dibutuhkan untuk petumbuhan sel dan jaringan tanaman mencakup besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), boron (B), terusi (Cu) dan molibdenum (Mo). Besi dan seng yang digunakan dalam pembuatan media harus dalam bentuk yang ter ”chelate”. Besi adalah yang paling kritis diantara semua hara mikro. Besi sitrat dan tartrat dapat digunakan untuk media kultur, tetapi senyawa ini sulit untuk larutdan biasanya akan terpresipitasi setelah media dibuat. Masalah ini dipecahkan oleh Murashige & Skoog dengan men ”chelate” besi dengan menggunakan asam etilen diamintetraasetik (EDTA).
Kobal (Co) dan iodin (I) juga dapat ditambahkan dalam media tetapi kebutuhan yang jelas untuk pertumbuhan sel belum diketahui. Natrium (Na) dan klorida (Cl) juga digunakan pada beberapa media tetapi tidak begitu penting untuk pertumbuhan sel. Konsentrasi Cu dan Co yang biasanya ditambahkan pada media sekitar 0.1 µM, Fe dan Mo 1 µM, I 5µM, Zn 5-30 µM, Mn 20-90 µM, dan B 25-100 µM.
3.      Karbon dan Sumber Energi
Sumber karbohidrat yang biasanya digunakan dalam media kultur adalah sukrosa. Glukosa dan fruktosa dalam beberapa hal dapat digunakan sebagai pengganti sukrosa, dimana glukosa mempunyai efektivitas yang sama dengan sukrosa dibanding dengan fruktosa. Karbohidrat lain yang pernah dicobakan adalah laktosa, galaktosa, rafinosa, maltosa dan pati, tetapi semua karbohidrat tersebut umumnya mempunyai hasil yang kurang baik dibandingkan sukrosa atau fruktosa. Konsentrasi sukrosa normal dalam media kultur berkisar antara 2 dan 3%.
Karbohidrat harus tersedia dalam media kultur karena sangat sedikit sel dari jenis tanaman yang diisolasi dapat bersifat autotropik, yaitu kemampuan menyediakan kebutuhan karbohidrat sendiri melalui asimilasi CO2 selama proses fotosintesa. Sukrosa dalam media kultur secara cepat akan diurai menjadi fruktosa dan glukosa. Glukosa adalah yang pertama digunakan oleh sel, diikuti oleh fruktosa. Saat media disterilisasi dengan autoclave, sebagian sukrosa akan mengalami hidrolisa. Apabila sukrosa yang diautoklap ada bersama komponen media lain maka proses hidrolisa akan lebih besar. Kultur dari beberapa spesies tanaman akan tumbuh baik pada media yang sukrosanya diautoklap dibandingkan dengan media yang sukrosanya disterilisasi dengan filter. Hal ini dimungkinkan akan menguntungkan sel-sel karena tersedianya glukosa dan fruktosa.
4.      Vitamin
Pada beberapa media kultur juga sering ditambahkan vitamin-vitamin seperti biotin, asam folat, asam askorbat, asam panthotenat, vitamin E (tokoperol), riboflavin, dan asam p-aminobenzoik. Meskipun vitamin-vitamin tersebut bukan merupakan faktor pembatas pertumbuhan, tetapi sering memberikan keberhasilan dalam kultur sel dan jaringan tanaman. Biasanya penambahan vitamin-vitamin tersebut ke dalam media dilakukan apabila konsentrasi thiamin dianggap dibawah taraf yang diinginkan atau apabila jumlah populasi sel-sel yang tumbuh masih rendah.
5.      Asam Amino dan Sumber Nitrogen Lainnya
Sumber nitrogen organik yang paling banyak digunakan dalam media kultur adalah asam amino campuran (casein hidrolisat), L-glutamin, L-asparagin, dan adenin. Casein hidrolisat umumnya digunakan pada konsentrasi antara 0.05-0.1%. Asam amino biasanya ditambahkan pada media terdiri dari beberapa macam, karena sering diperoleh bahwa penambahan satu jenis asam amino saja justru dapat menghambat pertumbuhan sel. Contoh penambahan asam amino dalam media untuk meningkatkan pertumbuhan sel adalah glisin 2 mg/L, glutamin hingga 8mM, asparagin 100 mg/L, arginin dan sistein 10 mg/L, dan tirosin 100 mg/L. Adenin sulfat juga sering ditambahkan pada media kultur yang fungsinya dapat menstimulir pertumbuhan sel dan meningkatkan pembentukan tunas.
6.      Bahan Organik Komplek
Arang aktif (activated charcoal) juga sering digunakan pada media kultur. Beberapa hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang menguntungkan dan juiga dapat merugikan. Pada kultur beberapa tanaman seperti anggrek, bawang, wortel dan tomat dapat menstimulir pertumbuhan dan diferensiasi, tetapi pada kultur tanaman tembakau, kedelai dan teh justru akan menghambat pertumbuhan. Pengaruh arang aktif umumnya diarahkan pada salah satu dari tiga hal berikut: penyerapan senyawa-senyawa penghambat, penyerapan zat pengatur tumbuh atau menggelapkan warna media. Penghambatan pumbuhan karena kehadiran arang aktif umumnya karena arang aktif dapat menyerap ZPT. NAA, kinetin, BAP, IAA dan 2iP semuanya dapat terikat oleh artang aktif.
IAA dan 2iP merupakan ZPT yang paling cepat terikat oleh arang aktif. Arang aktif dapat menstimulasi pertumbuhan sel umumnya karena kemampuan arang aktif mengikat senyawa fenol yang bersifat toksik yang diproduksi biakan selama dalam kultur. Konswentrasi aArang aktif yang ditambahkan kedalam media kultur umumnya sebanyak 0.5-3%.
7.      Bahan Pemadat dan Penyangga Biakan
Media kultur jaringan tanaman dapat dibuat padat atau semi padat, yaitu dengan penambahan bahan pemadat berupa agar. Dibandingkan bahan pemadat lain, agar mempunyai beberapa keuntungan, yaitu (i) saat dicampur dengan air, agar akan terbentuk bila dilelehkan pada suhu 60o-100oC dan memadat pada suhu 45oC; (ii) gel agar bersifat stabil pada suhu inkubasi; (iii) agar gel tidak bereaksi dengan komponen dalam media dan tidak dicerna oleh ensim tanaman. Kualitas fisik agar dalam media kultur tergantung pada konsentrasi dan merek agar yang diguinakan serta pH media. Konsentrasi agar yang digunakan dalam media kultur berkisar antara 0.5-1%, dengan catatan pH media sesuai dengan aturan. Penggunaan arang aktif (0.8-1%) dapat mempengaruhi kepadatan agar yang terbentuk.
Kemurnian agar yang digunakan dalam media kultur juga merupakan faktor yang penting. Agar yang mengandung garam-garam Ca, Mg, K dan Na dapat mempengaruhi ketersediaan hara dalam media. Oleh karena itu penggunaan agar yang murni sangat diperlukan terutama untuk tujuan percobaan. Untuk memurnikan agar dapat dilakukan dengan cara mencuci dengan air destilasi selama 24 jam kemudian dibilas dengan ethanol dan dikeringkan pada suhu 60oC selama 24 jam.
Bahan pemadat lain yang pernah dicobakan adalah gelatin pada konsentrasi 10%, akan tetapi terdapat kesulitan karen gelatin meleleh pada suhu 25oC. Methosel dan alginat juga pernah dicobakan sebagai bahan pemadat media, tetapi kedua bahan tersebut sulit penanganannya serta harganya cukup mahal. Bahan lain yang dapat digunakan adalah agarose (konsentrasi 0.35-0.7%), dimana jenis agar ini banyak digunakan pada pekerjaan teknik kultur protoplas. Saat ini bahan pemadat yang banyak digunakan adalah agar sintetik yaitu Phytagel (produk Sigma Chemical) dan Gelrite (produk Kelco Corp.). Agar jenis ini hanya digunakan 2-2.5 g/L dan menghasilkan gel yang bening yang cocok untuk mendeteksi ada tidaknya kontaminan.
Gel agar juga berfungsi sebagai penopang agar biakan atau eksplan yang ditanam dalam media tetap pada tempatnya (tidak bergerak atau berpindah). Metoda lain yang dapat digunakan untuk penopang atau penyangga biakan adalah jembatan kerta filter (filter paper bridges), sumbu kertas filter (filter paper wick), busa poliuretran, celophane berlubang dan poliester. Apakah eksplan akan tumbuih lebih baik pada media agar atau dengan penyangga, tergantung dari spesies tanaman yang dikulturkan.
8.      Zat Pengatur Tumbuh
Terdapat empat klas zat pengatur tumbuh (ZPT) yang penting dalam kultur jaringan tanaman, yaitu: auksin, sitokinin, giberelin dan asam absisik. Skoog dan Miller adalah yang pertama melaporkan bahwa perbandingan auksin dan sitokinin menentukan jenis dan berapa besar proses organogenesis dalam kultur jaringan tanaman. Auksin dan sitokinin yang ditambahkan kedalam media kultur mempunyai tujuan untuk mendapatkan morfogenesis, meskipun perbandingannya untuk mendapatkan induksi akar dan tunas bervariasi baik ditingkat genus, spesies bahkan kultivar.
Sitokinin yang ditrambahkan dalam media kultur umumnya ditujukan untuk menstimulasi pembelahan sel, menginduksi pembentukan tunas dan proliferasi tunas aksiler, dan untuk menghambat pembentukan akar. Mekanisme kerja sitokinin tidak secara pasti diketahui, namun demikian beberapa senyawa yang mempunyai aktivitas mirip sitokinin diketahui terlibat dalam transfer-RNA (t-RNA). Sitokinin juga menunjukkan dapat mengaktivasi sintesa RNA dan menstimulasi aktivitas protein dan enzim pada jaringan tertentu.
C.   Nama- Nama Media Dasar Kultur Jaringan
Menurut George dan Sherington (1984) ada media dasar yang pada umumnya diberi nama sesuai dengan nama penemunya, antara lain:
1.      Medium dasar Murashige dan Skoog (MS), digunakan hamper pada semua macam tanaman terutama herbaceous. Media ini memiliki konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+.
2.      Medium dasar B5 atau Gamborg, digunakan untuk kultur suspense sel kedelai, alfafa dan legume lain.
3.      Medium dasar white, digunakan untuk kultur akar. Medium ini merupakan medium dasar dengan konsentrasi garam-garam mineral yang rendah.
4.      Medium Vacint Went (VW), digunakan khusus untuk medium anggrek.
5.      Medium dasar Nitsch dan Nitsch, digunakn untuk kultur tepung sari (Pollen) dan kultur sel.
6.      Medium dasar schenk dan Hildebrandt, digunakan untuk tanaman yang berkayu.
7.      Medium dasar Woody Plant Medium (WMP), digunakan untuk tanamn yang berkayu.
8.      Medium dasar N6, digunakan untuk tanaman serealia terutama padi, dan lain-lain.

D.   Perbandingan Komposisi Media Kultur Jaringan
Berikut ini adalah perbandingan komposisi beberapa media kultur jaringan, yaitu diantaranya:
1.      Media Murashige & Skoog (media MS)

Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur. merupakan perbaikan komposisi media Skoog, Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsemtrasinya dinaikkan sedikit. Pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain media : 1. Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis kultur jaringan wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch (1967 dalam Gunawan 1988) serta Nitsch & Nitsch (1969 dalam Gunawan 1988) dalam penelitian kultur anther.
Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI (1973 dalam Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white spruce dengan cara mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-, dan menambah konsentrasi Ca2+ nya. 3. Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2 untuk keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra.
2.      Media Schenk & Hildebrant (media SH)

Merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk kultur kalus tanaman monokotil dan dikotil (Trigiano & Gray, 2000). Konsentrasi ion-ion dalam komposisi media SH sangat mirip dengan komposisi pada media Gamborg dengan perbedaan kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan PO4-3 yang lebih tinggi. Schenk & Hildebrant mempelajari pertumbuhan jaringan dari 37 jenis tanaman dalam media SH dan mendapatkan bahwa: 32 % dari spesies yang dicobakan, tumbuh dengan sangat baik, 19% baik, 30% sedang, 14% kurang baik, dan 5% buruk pertumbuhannya. Tetapi karena zat tumbuh yang diberikan pada tiap jenis tanaman tersebut berbeda. Media SH ini cukup luas penggunaannya, terutama untuk tanaman legume.
3.      Media WPM (Woody Plant Medium)
Dikembangkan oleh Lioyd & Mc Coen pada tahun 1981, merupakan media dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari media MS. Media diperuntukkan khusus tanaman berkayu, dan dikembangkan oleh ahli lain, tetapi sulfat yang digunakan lebih tinggi dari sulfat pada media WPM. Saat ini WPM banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman hias berperawakan perdu dan pohon-pohon.




4.      Media Nitsch & Nitsch
Menggunakan NO3- dan K+ dengan kadar yang cukup tinggi untuk mengkulturkan jaringan tanaman artichoke Jerussalem. Penambahan ammonium khlorida sebanyak 0.1 mM, menghasilkan pertumbuhan jaringan yang menurun. Mereka mengambil kesimpulan, bahwa NH4+ sangat menunjang pertumbuhan kalus tembakau (Miller et al, (1956 dalam Gunawan 1988). 



5.      Media Knop
Dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel. Kultur kalus, biasanya ditumbuhkan pada media dengan kosentrasi garam-garam yang rendah seperti dalam kultur akar dengan penambahan suplemen seperti glucosa, gelatine, thiamine, cysteine-HCl dan IAA (Dodds and Roberts, 1983)




6.      Media White
Dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringan tumor bunga matahari, ditemukan bahwa unsur makro yang dibutuhkan kultur tersebut, lebih tinggi dari pada yang dibutuhkan oleh kultur tembakau. Unsur F, Ca, Hg dan S, pada media untuk tumor bunga matahari ini, sama dengan media untuk jaringan normal yang dikembangkan kemudian.
Konsentrasi NO3- dan K+ yang digunakan Hildebrant ini lebih tinggi dari media white, tetapi masih lebih rendah dari pada media-media lain yang umum digunakan sekarang.
7.      Media Knudson dan media Vacin and Went
Media ini dikembangkan khusus untuk kultur anggrek. Tanaman yang ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik dengan pemupukan yang hanya mengandung N dari Nitrat. S Knudson pada tahun 1922, menemukan penambahan 7.6 mM NH4+ disamping 8.5 mM NO3-, sangat baik untuk perkencambahan dan pertumbuhan biji anggrek. Penambahan NH4+ ternyata dibutuhkan untuk perkembangan protocorm
8.      Media B5(Gamborg)
Dalam metode kultur in vitro dikenal beberapa macam jenis media dasar diantaranya media Murashige dan Skoog (MS) dan Gamborg (B5). Media B5 dikembangkan oleh Gamborg et al. pada tahun 1968 untuk kultur suspensi kedelai. Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan media MS. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman. Pada masa ini media B5 juga digunakan untuk kultur-kultur lain.
Media ini dikembangkan dari komposisi PRL-4, menggunakan konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi yang lebih tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai. Tetapi peneliti lain melaporkan bahwa konsentrasi NH4+ yang tinggi sampai 20 mM berpengaruh baik dalam kultur jaringan seperti pada kultur kalus tembakau Konsentrasi fosfat yang diberikan pada media tersebut adalah 1mM , Ca+ antara 1-4 mM, dan Mg antara 0,5-4 mM lebih mengutamakan kandungan ammonium dibandingkan media MS.
Meskipun media B5 pada awalnya digunakan untuk menginduksi kalus atau diutamakan sebagai kultur suspensi, tetapi dapat digunakan pula sebagai media dasar bagi perbanyakan tanaman pada umumnya. Gamborg (1991) menyatakan bahwa kadar hara anorganik yang dikandung media dasar Gamborg (B5) umumnya lebih rendah dari pada media dasar MS. Hal tersebut sering kali lebih baik bagi sel spesies tertentu. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman

E.    TEKNIK KULTUR JARINGAN
Teknik kultur jaringan dapat dilaksanakan dengan dua metode yaitu:
Ø  Metode Padat (Solid Method)
Metode pada dilakukan dengan tujuan mendapatkan kalus dan kemudian dengan medium diferensiasi yang berguna untuk menumbuhkan akar dan tunas sehingga kalus dapat tumbuh menjadi planlet. Media padat adalah media yang mengandung semua komponen kimia yang dibutuhkan oleh tanaman dan kemudian dipadatkan dengan menambahkan zat pemadat. Zat pemadat tersebut dapat berupa agar-agar batangan, agar-agar bubuk, atau agar-agar kemasan kaleng yang yang memang khusus digunakan untuk media padat untuk kultur jaringan.
Media yang terlalu padat akan mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar sulit untuk menembus ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu lembek akan menyebabkan kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat berupa tenggelamnya eksplan yang ditanam. Eksplan yang tenggelam tidak akan dapat tumbuh menjadi kalus, karena tempat area kalus yaitu pada irisan (jaringan yang luka) tertutup oleh medium.
Metode padat dapat digunakan untuk metode kloning, untuk menumbuhkan protoplas stelah diisolasikan, untuk menumbuhkan planlet dari protokormus stelah dipindahkan dari suspensi sel, dan untuk menumbuhkan planlet dari prtoplas yang sudah difusikan (digabungkan).
Ø  Metode Cair(Liquid Method)
Penggunaan metode cair ini kurang praktis dibandingkan dengan metode padat, karena untuk menumbuhkan kalus langsung dari ekspaln sangat sulit sehingga keberhasilannya sangat kecil dan hana tanaman-tanaman tertentu yang dapat berhasil. Oleh karena itu, penggunaan media cair lebih ditekankan untuk suspensi sel, yaitu untuk menumbuhkan plb (prtocorm like bodies). Dari protokormus ini nantinya dapat tumbuh menjadi planlet apabila dipindahkan kedalam media padat yang sesuai.
Pembuatan media cair jauh lebih cepat daripada media padat, karena kita tidak
perlu memanaskannya untuk melarutkan agar-agar. Media cair juga tidak memerlukan zat pemadat sehingga keadaannya tetap berupa larutan nutrein.


Nama     : Danang Setiawan
NIS        : 7875
Kelas      : 4 ATP 4

Minggu, 20 Desember 2015

Tugas KKPI Kelas 4 Home Industri

TUGAS KKPI

Proposal Usaha Perbenihan
Temanggung Kreasi Benih ( TKB )
Skala Home Industri


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
            Saat ini pembangunan bertumpu kepada masyarakat petani dan pengusaha. Sejalan dengan itu dunia usaha dibidang perbenihan , lalu lintas dan perdagangan benih akan meningkat. Saat ini pengembangan dunia usaha perbenihan dibedakan atas dasar besar kecilnya modal dan tinggi rendahnya teknologi yang digunakan serta minat terhadap sesuatu komoditi. Dunia usaha perbenihan pada dasarnya mencakup 4 (empat) kelompok aktifitas yaitu usaha penghasil varietas, usaha benih sumber (Kebun Induk/Kebun Entres/Kebun Blok Penghasil Tinggi), usaha benih sebar (penangkar benih/pembibit) serta usaha prosesing benih dan distributor benih.
Jenis Usaha Perbenihan:
  1. Berdasarkan skala kegiatan :
  2. Usaha Perbenihan Besar (UPB)
Yaitu produsen benih dengan skala usaha besar serta didukung dengan permodalan yang besar dan sudah dikelola dengan managemen yang cukup baik. Pada umumnya berupa perkebunan milik Negara dan Swasta.
  1. Usaha Perbenihan Kecil (UPK)
Yaitu produsen/pengepul/penyalur benih dengan skala usaha serta permodalan yang terbatas. Pada umumnya berupa petani/kelompok tani/penangkar dengan modal yang masih terbatas.
  1. Berdasarkan kepemilikan kebun serta kegiatan yang dilaksanakan sumber benih:
  2. Pemilik Kebun Induk (KI)/Kebun Entres (KE)/Blok Penghasil Tinggi (BPT) yang memproduksi benih dan menyalurkan/menjual benih dalam bentuk biji/entres/stek (kriteria A)
  3. Pemilik Kebun Induk (KI)/Kebun Entres (KE)/Blok Penghasil Tinggi (BPT) yang memproduksi biji/entres/stek dan memproses hingga menjadi bibit, selanjutnya menjual benih dalam bentuk bibit (kriteria B)
  4. Tidak memiliki Kebun Induk (KI)/Kebun Entres (KE)/Blok Penghasil Tinggi (BPT) tetapi ia membibitkan serta menjualnya dalam bentuk bibit/tanaman muda (kriteria C)
  5. Tidak mempunyai Kebun Induk (KI)/Kebun Entres (KE)/Blok Penghasil Tinggi (BPT), tidak memproses bibit, tetapi menjual bibit/benih yang berasal dari pihak lain, biasanya disebut dengan pengepul (kriteria D)
B. TUJUAN USAHA

a)      Membuka lapangan pekerjaan.
b)      Mendapatkan penghasilan sendiri.
c)      Meningkatkan hasil panen petani dengan benih yang unggul dan teruji dengan baik.
d)      Supaya konsumen lebih banyak mengenal tentang Perbenihan Tanaman.
e)      Dapat melakukan usaha dengan baik, dengan menambahkan beberapa jenis tanaman baru.
f)      Dapat menjadi sumber penghasilan bagi orang lain dilingkungan sekitar.
g)     Dapat melangsungkan usaha perbenihan tanaman dengan menjaga kepercayaan dari konsumen.

C. MANFAAT EKONOMIS

a)      Menghasilkan pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
b)      Menambah penghasilan.
c)      Membantu perekonomian orang-orang dilingkungan sekitar.

BAB II
PEMBAHASAN
1. NAMA PERUSAHAAN
            Temanggung Kreasi Benih adalah suatu usaha yang bergerak dalam usaha bidang perbenihan yaitu sebagai produk utamanya adalah benih tanaman hortikultura dan sayuran. Usaha ini termasuk jenis usaha home industri.  Perusahaan kami bertempat di Desa Megatan, Dusun Piak, Kecamatan Kandangan, serta Kabupaten Temanggung. Perusahaan kami memiliki beberapa pesaing yang sudah lebih dulu menjalankan usaha benih ini. Jadi, kami akan berusaha memberikan hasil atau produk benih yang unggul dan bisa menyamai hasil produk pesaing kami ataupun sampai bisa lebih unggul. Perusahaan kami memiliki lahan dan tempat processing yang berbeda atau tidak berdekatan( terpisah ). Untuk masa depan usaha ini, kami akan meningkatkan jangkauan pemasaran terlebih dahulu agar banyak yang mengenal atau tau produk-produk kami, setelah itu kami akan menambah fasilitas dan lahan yang kami tempati dan juga akan mengembangkan jenis/variental tanaman baru. Lalu, akhirnya kami akan membuat usaha ini menjadi usaha yang besar atau bisa disebut PT dan membuat cabang disekitar pulau Jawa.
Visi Perusahaan : Menjadi Produsen benih terunggul dan berkualitas tinggi di indonesia
Misi Perusahaan : Memakmurkan petani indonesia dengan benih yang memiliki presentase tumbuh 98 % dan memenuhi stok benih di indonesia.
2. KOMODITAS PERUSAHAAN
Komoditi benih tanaman yang akan dihasilkan merupakan biji dari tanaman sebagai berikut :



Daftar Komoditas Produksi Benih dari Temanggung Kreasi Benih :
1. Pepaya (Fujiyama)
2. Jagung Manis
3.Semangka (merah & kuning)
4. Melon (Daging buah hijau & orange)
5.Tomat (Tomat biasa & Tomat cherry)
6. Cabai (Keriting,rawit,ungu,cabai paprika)
7. Buncis (Coklat & Putih)
8. Kacang Panjang (Merah,Coklat & Htam)
9. Kangkung, Sawi, Bayam, Selada, &Kubis
10. Terong & Ketimun
11. Oyong & Paria
3. PENANGANAN QUALITY CONTROL PERUSAHAAN
            Dalam meneliti apakah benih tanaman hortikultura dan sayuran tersebut sudah sesuai dengan peraturan pemerintah yang diterapkan, maka kami melakukan beberapa tes dalam penanganan Quailty Control, dimulai dari setelah panen/dari buah sampai menjadi benih siap kemas, yaitu Uji kemanisan buah. Buah yang  kita uji kemanisannya adalah buah semangka dan melon menggunakan alat khusus yaitu dengan cara pakainya adalah mula-mula kita menyiapkan beberapa buah yang sudah dipanen dan sudah diberi nomer masing-masing variental, lalu kita belah buah menjadi dua bagian dan menusuk daging buah dengan alat tersebut. Alat tersebut ujungnya lancip dan ada kaca biru diatasnya, lalu tusuk buah tersebut sampai air hasil daging buah tersebut memenuhi/masuk kedalam kaca biru tersebut, maka setelah itu lihat bagian lensa okuler yg berada di ujung lainnya,maka akan terlihat ukuran/tingkatan kemanisan buah dalam bentuk angka.
Gambar Alat Uji Kemanisan Buah
            Selanjutnya adalah kegiatan ekstraksi, itu juga mempengaruhi kualitas benih juga, Semua tanaman akan melewati kegiatan ektraksi ini dengan cara-cara berbeda menurut buah atau tanaman yang akan dilakukan ektraksi, karna ektraksi ini bertujuan untuk mengantisipasi buah-buah yang berasal dari variental atau nomer-nomer yang berbeda.
            Untuk beberapa buah dan benih seperti buah pepaya dan benih kacang panjang dan buncis dan jenis lain yang berskala besar, kami membeli dari perusahaan lain karna perusahaan kami tidak memiliki stok yang cukup untuk beberapa jenis buah dan benih tersebut. Maka, Saat pesanan buah atau benih datang, harus ditimbang terlebih dahulu karna harus dicek apakah sama dengan data yang kami minta. Sebelumnya, saat di lahan untuk membeli hasil panenan, contoh pepaya, kami menimbangnya dengan timbangan digital kecil. Timbangan ini dapat menimbang berat sampai 40 kg. Serta, untuk timbangan besar dapat menimbang sampai 100 kg.
           
                                       a. Gambar Timbangan Digital   b. Gambar Timbangan Listrik                                    
            Lalu, kegiatan selanjutnya adalah penjemuran yaitu proses dimana setelah ektraksi benih dikeringkan selama + 7 hari, namun saat musim hujan akan sulit memperkirakan waktu penjemuran jadi sebelum hujan benih-benih yang masih terlihat lembab dikeringanginkan menggunakan kipas angin. Penjemuran tersebut diletakkan di terpal luas, tampah plastik dan bamboo.
Gambar Proses Penjemuran Benih
            Selanjutnya adalah Uji Kadar air benih. Semua macam benih memiliki tingkat kadar air yang sudah ditentukan oleh pemerintah jadi harus sesuai. Saat kegiatan pemjemuran selesai, benih-benih tersebut belum tentu sudah sesuai dengan kadar air yang ditentukan, maka saat-saat tersebut alat pengukur kadar air digunakan yaitu berguna untuk melihat secara nyata keadaan kadar air benih tersebut, jika setelah diperiksa, benih belum sesuai maka,benih bisa dijemur kembali dan diambil sampelnya kembali untuk mengetahui kadar air selanjutnya.
Alat Uji Kadar Air Benih
            Setelah semua benih kering, kegiatan quality control selanjutnya adalah Uji kemurnian benih atau bisa disebut dengan sortasi benih, yaitu memisahkan benih yang baik dari benih yang cacat, kotor, ataupun dari benih lain. Dalam proses ini ditekankan untuk membersihkan semua benda yang mengganggu benih yang baik.Kegiatan ini menggunakan tampah sabagai wadah benih yang akan dibersihkan dengan cara diayak dan dibersihkan langsung menggunakan tangan.
Kegiatan Sortasi Benih
            Benih yang sudah melewati uji kemurnian benih maka akan melaksanakan tahap terakhir yaitu Uji daya kecambah benih. Mula-mula ada beberapa sampel jenis benih yang harus diberikan cara khusus agar menbantu dan pertumbuhan kecambah yaitu penyetekan. Penyetekan adalah membuka pintu keluar kecambah yang biasanya berada di bagian ujung benih dengan menggunakan pemotong kuku, yaitu seperti benih semangka, paria, dan oyong. Namun, untuk sampel benih yang berukuran kecil atau selain benih tadi, bisa langsung diuji daya kecambahnya dengan cara permulaan yaitu membersihkan nampan plastik, lalu masukkan kertas buram kedalam nampan, selanjutnya siram kertas tadi dan letakkan benih dengan jumlah 100 benih serta disusun secara rapi, lalu tutup bagian atas benih dengan kertas buram, kemudin disiram kembali, dan nampan tersebut ditutup dengan plastik bening sampai tertutup rapat. dan jangan lupa diberi label identitas benih dan tanggal saat uji tersebut. Untuk penyiramannya menggunakan semprotan air yang dilakukan setiap pagi hari. Waktu melakukan Uji daya kecambah tersebut adalah 3-7 hari. Setelah 3-7 hari, nampan dibuka, dan menghitung benih yang berkecambah. Jika benih yang berkecambah 97 maka presentase kecambah benih adalah 97 %. Pemerintah memberikan aturan atau standar benih berkecambah yaitu 85 %, jika benih yang diuji sudah melewati presentase tersebut maka benih sudah layak kemas. Setelah itu,  benih yang sampelnya sudah memenuhi standar bisa dimasukkan ke Alumunium foil  yang didalamnya tidak lembab dan berlubang bersamaan dengan pemberian insektisida yang membuat benih tidak terserang serangga apapun saat berada dalam penyimpanan. Setelah itu Alfoil bisa ditutup dengan sealer dengan memgeluarkan udara yang ada didalam Alfoil agar didalamnya kedap udara. Setelah itu kemasan Alumunium foil tersebut diberi label yang berisi nama variental, berat, nomor LOT dan tanggal uji.
Gambar Uji Daya Kecambah Benih
4. PENANGANAN LIMBAH PABRIK
Pada limbah perusahaan kami ada 4 cara pengelolaannya agar tidak mencemari lingkungan sekitar dan tidak menyia-siakan barang atau bahan yang tidak digunakan.
            Pada penanganan limbah yang pertama dan paling penting adalah pembuatan pupuk kompos yang terbuat dari bahan organik yaitu buah pepaya yang sudah busuk dan ketimun yang sudah tua(berwarna kuning), yaitu cara pembuatannya adalah pertama siapkan tong bervolume 100 liter terus masukkan buah pepaya dan ketimun dengan perbandingan 50-50 setelah tong berisi kedua bahan tersebut larutkan cairan yang berisi bakteri pengurai dengan air. Masukan kedalam tong tersebut setelah itu tong ditutup rapat.  dosis sudah tertera dilabel  botol tersebut . Kita ketahui bahwa bakteri pengurai merupakan jenis bakteri anaerob yang tidak membutuhkan oksigen untuk pertahan hidup. Fermentasi oleh bakteri tersebut akan mengurai glukosa yang terdapat di buah papaya dan karbohidrat yang terdapat di biji jagung sehingga menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman serta memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat penggunakan pupuk kimia.pupuk organic siap digunakan minimal 2 bulan setelah dilakukan pembuatan semakin lama disimpan semakin baik. Bakteri pengurai bisa dibeli di toko pertanian.
Gambar Pupuk Kompos ( Fermentasi )
            Selanjutnya, penanganan limbah yang kedua adalah Benih-benih yang gagal melewati beberapa tahap uji tadi selanjutnya di tanam di sekitar lahan non- produktif dengan perawatan standart walaupun pertumbuhannya tidak menentu lebih baik daripada dibuang dan tidak digunakan sama sekali.
            Untuk limbah yang An-organik, kami membakarnya setelah dikumpulkan di satu tempat,contoh kertas,tisu,botol,plastik. Dan juga sampah organik yang bisa dibakar karna kering maka bisa diikutsertakan namun kalau buah-buah yang busuk bisa dikumpulkan disatu tempat sampai sampah tersebut mengendap ditanah dan menyuburkan tanah disekitar tempat tersebut.
Gambar Saat Pembakaran Sampah
            Untuk hasil panen atau bahan-bahan yang tidak terpakai seperti buah pepaya,semangka,melon,tomat,gilingan cabai yang tidak digunakan, kami berikan ke tetangga yang membutuhkan atau bisa dikonsumsi oleh karyawan-karyawan kami.

5. HRD dan STANDARD PEGAWAI PERUSAHAAN    
Daerah lokasi usaha : Sekitar Temanggung dan Semarang
·         Proses mempersiapkan kepada Konsumen yaitu toko atau perusahaan : Dalam bentuk kemasan atas nama perusahaan kami dan dalam kemasan Alumunium foil yang hanya bertuliskan nomor riset kami.

·         Kebutuhan tenaga kerja : 20 orang

·         Kualifikasinya
a)      Umur antara 20-25 tahun.
b)      Pendidikan minimal SMA/Sederajat.
c)      Sehat jasmani dan rohani.
d)      Mempunyai etos kerja yang tinggi.
e)      Mempunyai tanggung jawab dan jujur.
f)    Memiliki pengalaman kerja atau pengetahuan tentang benih tanaman hortikultura dan Sayuran
·         Peralatan kerja yang dibutuhkan :
Di Kebun              : Angkong, ember, sabit, cangkul, gembor, sprayer(alat semprot), kocoran, alat                   pelubang tanam, Peralatan polinasi, krat bibit, sepatu boat, caping.

Di Gudang              : Penyemprot air, ketokan kuku, gunting, pinset, cutter, alat sealer, alat                                tulis,steples, Timbangan kecil sampai besar,Karung, mesin penggiling, selang air, alat pembalik untuk menjemur benih, kipas listrik, mesin sealer, alat hologram, Komputer, print dan scan, penyaring,pisau, sendok, piring, siwur

·         Bahan – bahan baku yang digunakan : Benih tanaman, nampan kecil sampai besar(plastik dan bambu), alumunium foil, kertas buram, tisu, obat anti jamur(Fungisida), solasi, plastik, plastik klip kecil sampai besar, kardus, obat khusus, detergent(pembersih), terpal, kemasan benih, kertas HVS, kertas label, strimin, kaos tangan dan masker, Pupuk, tali rafia dan tali bell, lanjaran, pestisida.

·         Pada Jadwal Kerja perusahaan kami, adalah pada hari senin sampai kamis dimulai kerja dari jam 08.00 lalu istirahat jam 12.00-13.00 lalu memulai kerja sampai jam 16.00 dan setelah itu merapikan tempat kerja dan pulang. Lalu untuk hari Jum’at dimulai jam 07.30 lalu istirahat jam 11.00 dan memulai kerja sampai jam 14.00 dan bersih-bersih seperti biasa, dan hari Sabtu setengah hari, yaitu dimulai jam 07.00 - 12.00 dan setelah itu bersih-bersih dan pulang.
6.   PRODUK HASIL OLAHAN DAN SASARAN PEMAKAI LOCAL/EKSPORT.
·         Jasa / produk yang akan dipasarkan : Benih Hortikultura dan Sayuran


            Benih tersebut kami kemas dalam kemasan kecil ukuran 1-200 gram ataupun Alumunium Foil ukuran 10 kg. Untuk benih yang kami utamakan adalah dari tanaman pepaya Fujiyama. Buah pepaya tersebut kami beli dari petani sekitar Temanggung-Semarang yang sudah menjadi mitra perusahaan kami, karna kami memberi benih pepaya yang kami produksi kepada petani tersebut lalu saat panen nanti kami membelinya dengan harga yang telah disepakati bersama. Tanaman pepaya tersebut memiliki karakteristik pohonnya yang pendek berbeda dengan pepaya jawa yang sangat tinggi. Lalu, buahnya banyak dan menggerombol, walaupun buahnya kecil namun rasanya sangat manis. Buah pepaya yang dipanen itu terlihat muda dan tidak berbentuk aneh(cacat) karna akan berdampak buruk untuk benih yang dihasilkan. Saat ditimbang di perusahaan, buah pepaya tersebut masih diseleksi jika ada bentuk buah yang nampak bukan dari jenis pepaya yang kami produksi.
·         Profil para konsumen yang akan dituju :
a)      Individu
b)      Pasar (Toko Pertanian)
c)      Perusahaan
Sasaran pemakaian yaitu petani, karna benih yang dijual akan langsung ditanam di lahan mereka masing-masing ataupun dibeli oleh perusahaan lain yang akan ditanam sendiri dan dibuat benih lagi ataupun usaha pembibitan yang membeli dalam bentuk benih pada kami lalu dibuat bibit dan dijual dalam bentuk bibit tanaman tersebut.
7.  SYSTEM PEMASARAN PRODUK/JASA
·         Potensi pasar
a)      Lokasi daerah pemasaran : Temanggung-Semarang.
b)      Jumlah potensi pemasaran
1.     Individu                          : 1 - 25            kemasan benih
2.     Pasar(Toko Pertanian)     : 50 - 200         kemasan benih
3.     Perusahaan                      : 1000 - 10.000 kemasan benih

Untuk pemasarannya tentu saja kita melewati petani, toko ataupun perusahaan dengan cara benih dapat dipesan secara online atau lewat jasa pengiriman yang sebelumnya konsumen sudah konfirmasi ke perusahaan kami. Lalu, juga dapat diambil langsung di perusahaan kami lewat distributor atau langsung mengambil sendiri oleh konsumen karna kami sudah menyiapkannya dalam display dan gudang penyimpanan perusahaan kami. Untuk penjualan, kami masih didalam ruang lingkup tempat usaha kami yaitu sekitar jawa tengah, namun dalam waktu dekat ini kami akan memperluas jangkauan pemasaran kami ke seluruh jawa dan diluar jawa, yaitu sumatra dan kalimantan.
·         Kondisi para pesaing :
            untuk saat ini kami mempunyai beberapa pesaing. Pesaing sangat berpengaruh pada penjualan benih kami karena pesaing sudah membuka usaha lebih dulu dan sudah terbukti kualitas benih yang dijual. Tempat usahanya strategis karena berada dekat dengan pemukiman hijau, sehingga banyak petani yang tertarik.
                                                        i.      Nama perusahaan           : Benih Sehat Sejati
                                                       ii.      Jenis Usaha                     : Perseorangan.
                                                      iii.     Lokasi perusahaan           : Jl. Perintis Kemerdekaan no.10 ,dusun                                                                                   Joho selatan, Joho, Temanggung
                  iv.     Fasilitas pelayanan           : Tempat usaha luas, nyaman, sejuk,bersih                                                                              dan terdapat hotspot bebas untuk                                                                                                                 jangkauan di sekitar tempat usaha.             
                                                        v.      Jumlah konsumen potensial : 20 orang.
·         Pasar efektif yang dapat dikuasai
            Untuk saat ini pasar efektif yang dapat kami kuasai adalah individu, toko pertanian sekitar temanggung-semarang dan perusahaan tingkat Sedang. Untuk menambah pasar yang dikuasai kami akan mempromosikan Temanggung Kreasi Benih lewat pembuatan Blogger Perusahaan yang mudah diakses oleh konsumen untuk melihat jenis-jenis benih serta bisa langsung memesannya.
                                                         i.       Nama perusahaan        : Benih Sehat Sejati
                                                        ii.       Alamat Perusahaan      : Jl. Perintis Kemerdekaan no.10 ,dusun                                                                                   Joho selatan, Joho, Temanggung
                                                        iii.      kapasitas pembelian      :  40-70 tanaman.

8. POLA KERJA SAMA

            Perusahaan kami memiliki beberapa mitra kerja dengan petani di sekitar lingkup temanggung dan semarang dan perusahaan besar. Untuk petani kami memberikan benih yang kami produksi kemudian kami membeli hasil panen berupa buah yang petani tanam tadi dengan harga yang disepakati bersama. Untuk perusahaan lain kami menjual benih dalam bentuk kemasan Alfoil yang akan diuji kembali dan dikemas dalam bentuk dan nama perusahaan tersebut. Dan untuk toko, kami menjualnya dalam bentuk kemasan kecil dan digunakan sebagai stok penjualan di toko.

9. KEPEDULIAN KE LINGKUNGAN SEKITAR PERUSAHAAN

Dalam pembuatan perusahaan kami ini, kami dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang tinggal disekitar tempat usaha ini. Lalu, untuk penjualan kami menerima pesanan untuk individu yaitu petani secara terbuka, maksudnya yaitu memberikan petani benih yang akan ditanam lalu saat panen kami membeli hasil panenan petani tersebut dengan harga yang bisa kami negosiasikan dengan petani tersebut.

Didalam perusahaan, kami memberikan reward pada semua karyawan pada akhir tahun ( Tahun Baru ) dalam bentuk surat dan seterusnya dapat mengkonfirmasikan pada pemilik perusahaan ( Direktur ). Hal tersebut kami buat, agar seluruh karyawan dapat termotivasi dalam kerja dan dapat memiliki semangat kerja yang besar dan berhati-hati dalam membuat kesalahan saat bekerja agar meminimalizir kemungkinan ataupun kerugian dalam perusahaan.